Panggilan Mendesak
Keagamaan
Ibadah di Atas Lumpur! Bantu Renovasi Gereja di Sumba NTT
“Atap gereja yang terbuat dari seng sudah keropos, sehingga ketika hujan bocor, dan kalau cuaca panas seperti dipanggang. Tidak ada lantai, jemaat terpaksa beribadah di atas lumpur ketika hujan. Dindingnya yang terbuat dari kayu sudah mulai lapuk dan digerogoti rayap.” -Pendeta Petrus Ndakularak STh-Gereja Kristen Sumba jemaat Karunggu berdiri pada 2002 lalu di Desa Tana Tuku, Nggaha Ori Angu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Barat. Gereja kristen protestan ini dibangun dengan luas 17x15 M.Awalnya jemaatnya berjumlah 145 jiwa, tapi kemudian jumlahnya semakin banyak hingga mencapai 250 jiwa. Tentu saja gedung gereja saat ini tidak bisa menampung banyaknya jemaat, belum lagi kondisi gedung gereja yang memprihatinkan.Meski kondisi gereja tidak nyaman, namun tidak menjadi alasan jemaat untuk absen beribadah. Selama 22 tahun gereja berdiri, jemaat tetap semangat untuk beribadah dan melepas kerinduan pada Tuhan.Bahkan jemaat bergotong-royong untuk merenovasi gereja dengan berupaya mengumpulkan batu dan membuat pondasi. Mereka juga berupaya menanam pohon atau tanaman lainnya di sekitar gereja ketika musim hujan.Namun masyarakat terkendala biaya, sebagian besar pekerjaan jemaat adalah petani dengan penghasilan tidak menentu. Tapi jika gereja tidak segera direnovasi, jemaat akan terus beribadah dengan kondisi tidak nyaman. Mereka sangat berharap punya gereja yang layak.“Saya ingin harapan jemaat agar bisa beribadah di gedung yang layak segera terjawab dan akan banyak yang lebih rindu untuk beribadah,” tutup Petrus.#TemanBaik, mari bantu jemaat Karunggu Sumba agar punya tempat ibadah yang layak dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini!
Dana terkumpul
Rp 4.827.000
1 hari lagi
Dari Rp 150.000.000
Donasi
Keagamaan
Umat Jadi Sesak Tiap Ibadah, Gereja Pedalaman Sulawesi Tengah Harus Renovasi
“Para umat harus menempuh kurang lebih 4 jam perjalanan dari Kota Palu ke gereja. Itu pun mereka juga harus melalui perjalanan yang tak mudah, karena jalannya rusak dan dipenuhi dengan hamparan perkebunan sawit. Belum lagi ukuran gereja yang kecil membuat ibadah terasa sesak, sehingga mereka juga ada yang harus beribadah dari luar gereja.”Gereja Katolik St. Yakobus, Lalundu IV, terletak di pedalaman Donggala, Sulawesi Tengah. Tak hanya lokasinya yang sangat terpencil, tapi kondisi gereja ini sangat memprihatinkan. Kendati demikian, para jemaat masih senantiasa mendatangi gereja untuk beribadah.Luas gereja 6x8 meter, ukuran yang seharusnya hanya bisa menampung 20 orang saja. Tapi umat katolik yang hadir setiap minggunya bisa mencapai 50 orang, antusias yang sangat luar biasa. Bisa dibayangkan bukan bagaimana mereka ibadah?Ya, situasi gereja sangat pengap dan mereka terpaksa sempit-sempitan. Apalagi jika ada kunjungan pastor ke gereja saat jumat agung, jumlah umat akan jauh lebih banyak. Udara terasa semakin panas di siang hari dengan jumlah umat menumpuk, tidak ada alat pendingin udara yang memadai. Plafon gereja juga sudah mulai mengelupas dan beberapa berlubang.Tak berhenti sampai disitu, lokasi gereja yang sangat jauh dari Kota Palu juga membuat umat tidak bisa merayakan Misa tiap minggu. Sehingga mereka jadi kesulitan untuk mendapatkan pelayanan dengan baik.Pembangunan gereja agar menjadi lebih besar harus dilakukan, tapi biaya yang dibutuhkan juga sangat besar. Dana yang bersumber dari para umat tidak seberapa untuk mereka memiliki gereja yang layak dan nyaman.#TemanBaik, mari bantu Gereja Katolik St. Yakobus renovasi gedung dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini!
Dana terkumpul
Rp 4.178.000
1 hari lagi
Dari Rp 170.000.000
Donasi
Keagamaan
Tak Punya Masjid, 30 Tahun Warga Dusun Polay - Situbondo Ibadah di Gubuk Reyot
Entah, ini pantas disebut musala atau gubuk reyot? Selama 30 tahun inilah kami beribadah di sini.Hai TemanBaik!Kami warga Dusun Polay, Situbondo. Mayoritas dari kami yang bekerja sebagai buruh tani. Kami sedang berusaha membangun masjid yang sudah 10 tahun terakhir, kondisinya rusak parah. Memang, bangunan yang sudah berdiri 30 tahun ini sudah tidak layak, lebih terlihat seperti gubuk reyot dari bambu yang cuma mampu menampung beberapa orang saja. Kalau banyak orang, mungkin bisa langsung ambruk begitu saja. Jarak masjid terdekat menurut kami masih sangat jauh, sekitar 3 km. Makanya, kami mengandalkan musala ini untuk berjamaah dan tempat mengaji anak-anak.Warga Dusun Polay sempat iuran untuk pembangunan masjid kecil, tapi sayang sekali, proses pembangunan harus mangkrak. Kami tidak mampu lagi mengumpulkan dananya. Palingan, kami melanjutkan dengan gotong royong angkut pasir dari sungai saja. Kami cuma berharap pembangunan bisa dilanjutkan, supaya kami punya masjid yang layak. Tidak khawatir lagi beribadah di musala reot yang sewaktu-waktu bisa ambruk. Dukungan untuk pembangunan masjid kami bisa disalurkan dengan cara klik tombol Donasi Sekarang di bawah ini ya!
Dana terkumpul
Rp 1.635.000
6 hari lagi
Dari Rp 200.000.000
Donasi