Panggilan Mendesak

camp
Pendidikan

Hadirkan Saung Belajar untuk Warga Desa Tertinggal

Kondisi Desa Padaherang - Majalengka sangat memprihatinkan, membuat aktivitas sosial juga berkurang, kegiatan anak-anak pun tidak ada lagi yang menggerakan. Hai TemanBaik,Aku Adhi, salah satu penggerak (konseptor dan fasilitator) dalam beberapa kegiatan kemasyarakatan, di wilayah Cirebon Raya (Ciayumajakuning). Aktivitas ini sudah kugeluti sejak tahun 2015. Tahun ini, aku ingin membuat suatu wadah untuk anak-anak di wilayah pelosok, yaitu Desa Padaherang, Kabupaten Majalengka. Mengapa Desa Padaherang? Karena aku melihat banyak sekali anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah, karena keterbatasan biaya. Alhasil, mereka tumbuh menjadi pengangguran. Ditambah lagi, pengetahuan di desa ini masih kurang. Internet saja baru masuk, jadi penggunaannya belum maksimal. Sayang rasanya, kalau tidak dimanfaatkan dengan baik. Banyak potensi desa yang bisa ditumbuhkembangkan, tapi justru terbengkalai. Masyarakatnya juga hanya menunggu bantuan datang dari luar. Maka itu, aku ingin sekali bisa membuat wadah edukasi dan saung belajar untuk masyarakat. Memfasilitasi program kemasyarakatan yang dijalankan, supaya desa ini bisa terus berkembang. Anak-anak di desa ini, juga bisa mempelajari setiap perkembangan sosial dan teknologi. Hal ini untuk bekal masa depan dan menumbuhkan sifat toleransi dan gotong royong antar masyarakat. Untuk itu, aku mengajak TemanBaik, untuk ikut berperan dalam aksi kebaikan ini, dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini ya!
Dana terkumpul Rp 4.085.001
1 hari lagi Dari Rp 117.250.000
Donasi
camp
Pendidikan

Sekolah Mimpi Butuh Ruang Kelas agar Siswa-Siswi di Pulau Terluar RI Nyaman Belajar

Pernah dengar Sekolah Mimpi? Kalau belum simak baik-baik cerita inspiratif ini ya. Sekolah Mimpi dibesut oleh Devirisal Djabumir atau yang akrab disapa dengan Dave, pria yang berasal dari Kepulauan Aru, Maluku. Dave berani mundur dari pekerjaan sebelumnya di perusahaan listrik Turki, Karadeniz, untuk mendirikan Sekolah Mimpi di daerahnya.Sekolah Mimpi dibangun agar anak-anak di Kepulauan Aru bisa mendapatkan kualitas pendidikan yang layak. Sekolah ini menggunakan sistem pendidikan inklusif, dengan pelajaran seperti Bahasa Inggris, kewirausahaan, public speaking, kelas inspirasi, dan tentunya ragam pelajaran terkait lingkungan. “Yang pasti kami menerapkan bahwa belajar itu fun, jadi anak-anak senang untuk belajar dan bersekolah,” ungkap  Dave.Proses pembelajaran dilakukan dari jam 16.00 hingga 18.00 sore. Pembelajaran tentunya diselingi oleh games, dengan menggunakan alam sebagai mediasinya. Kegiatan seperti mengenal biota laut, bagaimana sampah dapat berdampak pada laut, hingga mengumpulkan sampah bersama sering dilakukan oleh ia dan anak didiknya.Siswa-siswi yang belajar di sini tidak dikenakan biaya sepeserpun. Mereka membayar biaya pendidikan dengan sampah. Sampah-sampah yang dikumpulkan tersebut sebagian dibuat kerajinan, dan sisanya dibuang ke tempat pembuangan setempat. Dengan cara ini, Dave ingin agar siswanya dan masyarakat sekitar lebih sadar akan pentingnya lingkungan. Saat ini murid di Sekolah Mimpi sudah berjumlah mencapai 96 siswa dengan taraf PAUD hingga SMP. Jumlah relawan yang mengajar di sana mencapai 15 orang, dari kalangan Mahasiswa maupun Pekerja. Para siswa-siswi Sekolah Mimpi kini punya semangat tinggi untuk belajar, termasuk dalam minat membaca. Kondisi sekarang, Sekolah Mimpi memerlukan ruang kelas atau smart center sebagai tempat belajar yang aman dan nyaman bagi siswa-siswinya. Selama ini proses pembelajaran masih dilakukan berpindah-pindah dan kebanyakan di luar ruangan. TemanBaik, yuk dukung terus Dave dan Sekolah Mimpinya agar lebih banyak lagi siswa-siswi di Kepulauan Aru yang bisa mendapatkan layanan pendidikan lebih. Bantuan dapat disalurkan dengan cara: Klik “Donasi Sekarang”Isi nominal donasiBoleh memilih donasi lewat mana saja, bisa dengan OVO, DANA, LinkAja, ShopeePay, GoPay, Sakuku, BRI E-Pay dan BCA Klik-Pay. Bisa juga lewat transfer antarbank (BRI, Mandiri, BCA, BNI).
Dana terkumpul Rp 13.738.139
3 hari lagi Dari Rp 200.000.000
Donasi
camp
Pendidikan

Walau Tanpa Kedua Tangan, Aku Tetap Ingin Lanjutkan Sekolah

Sampai sekarang, aku masih terus mengembangkan keterampilanku ini dengan menggunakan kaki dan mulutku. Yah, walaupun tidak punya 2 tangan, aku masih ingin lanjut bersekolah.Hai TemanBaik!Aku Zainuri, siswa kelas 1 SMA. Aku tinggal di Tuban - Jawa Timur, bersama kakek, nenek, dan adikku. Walaupun tidak punya 2 tangan, tapi aku punya bakat, bisa membuat miniatur mobil. Sudah sejak kecil, aku membuat miniatur mobil. Setelah kedua orang tuaku meninggal, karena kecelakaan, kakek dan nenek merawatku dengan penuh kasih sayang. Mereka selalu mendukung dalam mengejar impianku. Aku bisa melihat bentuk dukungan yang luar biasa dari mereka. Mereka sering melihatku banyak menghabiskan waktu untuk menggambar dan memotong bahan-bahan kecil, lalu aku rakit menjadi miniatur mobil yang bagus dan detil. Karena bakat dan keterampilanku ini, aku cukup dikenal oleh teman-temanku di sekolah. Bahkan, aku pernah ikut kontes miniatur dan menang, loh! Ini semua tidak lepas dari dukungan kakek dan nenek yang membuatku bisa menginspirasi banyak orang, walaupun dengan kondisi terbatas.Aku yakin, bakatku ini bisa mengantarkanku pada kesuksesan di masa depan nanti. Tapi, saat ini aku sedang sangat membutuhkan tunggakan SPP bulanan, uang saku, ATK dan buku LKS.TemanBaik, yuk dukung Zainuri, anak berbakat dari Tuban dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini ya!
Dana terkumpul Rp 3.280.001
7 hari lagi Dari Rp 24.750.000
Donasi

Pilihan Campaign