Sang Empu Gandrung Yang Terlupa

Apakah salah satu dari TemanBaik mengetahui Tari Gandrung? Tari ini sangat spesial bagiku, selain karena aku lahir di Banyuwangi, salah satu penari tercantik yang pernah kulihat selama ini adalah Poniti, seorang penari gandrung. Sebentar dulu TemanBaik, aku hanya seorang pekerja biasa, bukan pacar atau suami Poniti. Namun apabila TemanBaik memintaku untuk bercerita soal Poniti, aku bisa. Poniti sangat jago menari Gandrung. Suaranya pun sangat bagus ketika mengiringi Gandrung. Sebagai seorang seniman, menurutku Poniti sudah masuk dalam kategori Empu.

Tak banyak penari yang berhasil mendapatkan penghargaan dalam World Dance Day 2016 di Surakarta, suatu event yang diselenggarakan oleh Institut Seni Indonesia dimana pesertanya diminta menari selama 24 jam non-stop! Dan Poniti adalah sah satunya. Dalam penghargaan ini tertulis: “Penghargaan diberikan kepada Poniti, sebagai  Empu Gandrung Banyuwangi” 

Sayang rejeki Sang Empu di seni tari tak sebesar prestasinya. Memang Sang Empu masih menari sampai hari ini, baik menghadiri undangan di Banyuwangi maupun keluar kota sampai keluar pulau. Belum genap tiga tahun, undangan makin jarang. Sang Empu lebih banyak menganggur, bertarung di kebun dan pematang sawah sebagai buruh tani dibandingkan menghibur orang banyak di panggung.

Di rumahnya yang berukuran 5X6 dan belum diplester, Sang Empu hidup sangat sederhana. Pendapatan Sang Empu sebagai buruh tani hanya 40 ribu rupiah. Pun tak setiap hari. Dengan uang 40 ribu rupiah  ini Sang Empu harus melewati satu dua hari tanpa lapar, Kalau sudah habis maka taka da makan selama beberapa hari. 

Aku mengajak TemanBaik semua untuk memperhatikan Sang Empu… Bagaimanapun juga beliau harus diperhatikan karena ikut melestarikan kekayaan budaya bangsa kita. KLIK Donasi dari TemanBaik sangatlah membantu Poniti. Kalaupun tak mampu, mohon ikut SHARE cerita ini (IM/SID)