Ahmat Faury, Disabilitas Inspiratif yang Tak Jadikan Keterbatasan Fisik Alasan untuk Menyerah
Ahmat Al Faury (39 tahun) lahir dari orang tua seorang nelayan dan pengenyam atap serta ibu rumah tangga biasa. Dia dilahirkan di Dusun I Desa Pematang Guntung, Teluk Mengkudu, Serdang Bedagai, Sumatera Utara pada 11 Oktober 1983.
Pria yang akrab disapa Faury itu adalah bungsu dari 7 bersaudara buah cinta pasangan Satrak (alm) dan istrinya, Ismaini (almh). Hanya, enam saudaranya meninggal sebelum dewasa. Faury dilahirkan dengan kondisi yang istimewa, sejak lahir ia menjadi penyandang disabilitas kategori tetra amelia, yaitu kondisi kedua kaki dan kedua tangannya hanya setengah.
"Saya lahir dari kecil sebagai seorang disabilitas kategori Tetra Amelia, kedua kaki setengah dan juga kedua tangan," ungkap Faury saat bercerita, Jumat (23/09/2022).
Kondisi tersebut nyatanya tidak mematahkan semangat Faury untuk berkecil hati. Dia ingin mematahkan mitos bahwa semua bisa dilakukan meskipun fisiknya tak sempurna. Dia terus melanjutkan pendidikannya hingga S3 sekarang ini.
Faury memulai pendidikan formal di SD Negeri 2 Pematang Guntung. Layaknya siswa normal, dia lancar menulis. Meski tak punya jari dan telapak tangan, alat tulis dia pegang dengan kedua ujung lengannya.
Lulus dari SD, Faury melanjutkan sekolah ke tingkat tsanawiyah dan aliyah di Pesantren Darul Mukhlisin, Sei Rampah, Serdang Bedagai. Tak berhenti sampai di sana, dia melanjutkan studi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara (Sumut) di Kota Medan.
Perjuangan Faury terbayar dengan kelulusannya pada 2006. Dia meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,51. Menyadari ketidaksempurnaan fisiknya, Faury justru mantap ingin menjadi akademisi. Karena itu dia nekat melanjutkan studinya pada program Magister Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Setelah sempat mengambil cuti pascameninggalnya sang ibu, Faury meneruskan kuliahnya di UGM. Dia lulus pada 2010 dan berhak menyandang gelar Lex Legum Master (LL.M.). Dari UGM, Faury kembali ke IAIN Sumut sebagai dosen. Dia mengajar Hukum Pidana di sana sejak September 2010. Pemuda ini juga kerap diundang sebagai motivator. Di tengah kesibukannya sebagai dosen, dia kini mengikuti program doktor di IAIN Sumut.
"Saat ini sedang mengejar S3 dan menjadi dosen luar biasa. Saya juga membuat wadah motivasi dan sharing bernama meja inspirasi," ucapnya.
Kegigihan yang luar bisa dari Faury dalam melanjutkan pendidikan serta profesinya sebagai dosen di beberapa universitas dengan beberapa mata kuliah patut sekali dicontoh. Profesinya sebagai dosen terbang dan mahasiswa S3 di UIN Sumatera Utara Medan pun membuatnya membutuhkan motor roda 3 khusus untuk memudahkan mobilitasnya dalam mengajar dan belajar. Ia berharap dengan adanya kendaraan khusus membuatnya tak perlu merepotkan orang lain untuk antar jemput.
BenihBaik.com, sebagai perusahaan crowdfunding memfasilitasi Faury untuk memiliki motor roda 3 khusus. Masyarakat Indonesia dapat ikutan untuk memberikan donasi di BenihBaik agar Faury bisa memiliki motor roda 3 khusus dan mengejar cita-citanya.
"Saya beraktivitas sebagai dosen terbang di beberapa kampus yang jaraknya berjauhan walau masih di dalam kota Medan. Setidaknya jika saya punya kendaraan seperti ini pastinya sangat bermanfaat bagi saya yang juga bisa terlindungi dari panas dan hujan. Dan dengan ini juga saya bisa beraktivitas dalam kegiatan sosial juga lainnya yang tidak terlalu memberatkan orang lain," pungkas Faury.