Warga Wae Mapar Sebrangi Jembatan Darurat di Atas Sungai Selebar 60 Meter

Bagaimana rasanya menyebrangi jembatan bambu yang terletak di atas tebing dan jauh dari permukaan sungai? Pasti menakutkan!

Tapi, warga desa yang tinggal di pesisir Sungai Wae Mapar, Desa Nanga Meje, Kab. Manggarai Timur, pedalaman NTT terpaksa harus menyebrangi jembatan bambu itu tanpa alas kaki! Jembatan itu satu-satunya akses warga untuk pergi bekerja, sekolah, berbelanja ke kota, dan lebih pentingnya lagi untuk berobat ke rumah sakit.

Setiap hari terdapat 500 – 1.550 warga yang melintasi jembatan darurat itu karena Sungai Wae Mapar selebar 60 meter dikelilingi oleh empat desa. Sejak kemerdekaan Indonesia, mayoritas warga adalah petani yang bergantung pada jembatan bambu untuk akses mobilisasi.

Selama berdirinya, jembatan darurat yang terbuat dari bambu ini sudah dibangun sebanyak 5 kali. Tapi, jembatan seringkali hancur terus-menerus akibat banjir bandang dan harus dibangun lagi dengan kondisi yang lebih tinggi dari sebelumnya supaya tidak diterjang air yang deras.

Namun, jika mempertimbangkan kondisi ekonomi warga dan keselamatan mereka, perlu adanya jembatan gantung yang lebih layak. Jika jembatan darurat diterjang banjir, anak-anak harus libur sekolah sampai musim kemarau. Banyak korban yang meninggal ketika sakit karena sulit untuk pergi ke rumah sakit, sama halnya dengan ibu yang akan melahirkan.

#TemanBaik, yuk gotong-royong bangun Jembatan Wae Mapar untuk memudahkan mobilisasi warganya dalam berbagai aspek kehidupan,caranya klik Donasi Sekarang di bawah ini!