Panggilan Mendesak
Anak
Sempat Mati Suri, Hingga Kini Dania Masih Berjuang Sembuh dari Sakit Jantung
“Tolong, bayi saya masih ada (hidup)... Tolong…” Begitulah rintihan Bapak Septian di lorong rumah sakit, Ia sambil mendekap erat tubuh bayinya yang sudah membiru, nyaris kehilangan nyawa karena sudah tak bernapas. Tangannya bergetar hebat, lututnya lemas, sementara air matanya bercucuran, berharap nyawa kecil ditangannya bertahan.”Hati Bapak Septian bak teriris! Setelah kehilangan anak pertamanya pada 2022 lalu, kini Ia harus kembali menelan kepahitan. Seolah terulang kembali, anak keduanya, Noor Dania Rahmawati (2 bln), mati suri di usia 1 bulan akibat kelainan jantung kompleks.Padahal, masih hangat ingatan rona bahagia di wajah Pak Septian dan sang Istri, saat membawa putri kecil mereka pulang ke rumah. Siapa sangka, kebahagiaan singkat itu berganti nasib getir membayangi setelahnya dan tak berkesudahan.Senyuman Bapak Septian dan istrinya pupus, Dania kini hanya bisa menggantungkan setiap jengkal napasnya pada alat medis. Apalagi Dania juga mengalami kerusakan paru-paru akibat infeksi ganas. Napasnya terlihat sangat cepat, tubuhnya membiru, dan Ia sedang dalam perawatan intensif.Dania sudah menjalani tindakan kateterisasi jantung, namun gagal. Akhirnya dokter memutuskan agar Dania menjalani operasi bedah jantung di rumah sakit di Jakarta. Tapi biaya dari mana? Membawa Dania dari Balikpapan ke Jakarta butuh biaya yang besar.Bapak Septian hanyalah seorang pengemudi ojek online dengan penghasilan tak menentu. Meski sudah bekerja mati-matian dari pagi hingga larut malam, penghasilannya paling mentok Rp150 sehari. Bagaimana mungkin penghasilan pas-pasan itu menanggung pengobatan yang besar?Dania butuh transportasi ke rumah sakit, tidak semua obat dicover BPJS, tempat tinggal hingga makan, dan kebutuhan lainnya selama di Jakarta pasti besar. #TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kita bisa jadi alasan Dania tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Dania!
Dana terkumpul
Rp 4.108.000
4 hari lagi
Dari Rp 8.553.000
Donasi
Anak
6 Tahun Hidup dengan Gangguan Saraf di Otak dan Gizi Buruk
“Mungkin di mata sebagian orang, memiliki anak seperti ini dianggap hina. Tapi di mata Tuhan, lelah saya selama ini bisa jadi merupakan jalan menuju surga. Setiap air mata dan rasa lelah saya, bukti cinta saya pada anak.”“Tapi saya bingung! Bagaimana nasib masa depan anak saya nanti? Siapa yang mengurusnya jika saya tidak ada lagi?”Sudah 6 tahun lamanya, Khanza Almahyra tidak pernah merasakan kebahagiaan sedikitpun karena tidak bisa melakukan aktivitas apapun. Bahkan makan pun harus dengan nasi yang diblender karena Ia tidak bisa mengunyah. Tubuhnya rentan sakit, sampai kadang saya segan dengan petugas rumah sakit karena terlalu sering membawa anak berobat.Sejak lahir, Khanza memang sudah menghadapi cobaan bibir sumbingnya. Kemudian di usia 6 bulan, Ia membuat saya panik luar biasa ketika Ia tiba-tiba terdiam begitu lama, bahkan tidak berkedip saat sedang menyusui. Saya sudah berupaya memanggil dan menggerakkan tubuhnya, tapi Ia tetap tak bergerak.Dokter mendiagnosa Khanza didiagnosa epilepsi. Kondisinya semakin parah seiring berjalannya waktu, tubuhnya kejang berulang sampai mulutnya mengeluarkan lendir dan matanya melotot. Akhirnya dokter menyarankan Khanza untuk terus kontrol rutin.Syukurlah, berkat minum obat, Khanza sudah jarang kejang. Namun, tumbuh kembangnya terhambat sampai mengalami gizi buruk. Saya sebagai orang tua kesulitan biaya untuk memenuhi gizinya, apalagi berat badannya harus cukup untuk menjalani operasi lanjutan bibir sumbingnya.Suami saya hanya bekerja sebagai supir antar jemput sekolah yang penghasilannya terbatas, jadi saya berupaya ikut bekerja sebagai guru les di rumah. Bahkan ketika Khanza dirawat di rumah sakit, saya tetap pulang dulu untuk mengajar anak yang les. Tiada kata istirahat demi anak saya bisa berobat.Saya masih tetap kuat bagaimanapun keadaannya, karena harapan saya agar anak hidup lebih baik dan sembuh total tak pernah pupus. Saat ini saya masih mengumpulkan biaya agar anak bisa kontrol ke rumah sakit dekat rumah di Bekasi, susu untuk perbaikan gizinya, obat yang tidak dicover BPJS, vitamin dan kebutuhan lainnya.#TemanBaik, mari bantu Khanza untuk melanjutkan pengobatan dengan cara klik Donasi Seakrang di bawah ini!
Dana terkumpul
Rp 6.006.000
4 hari lagi
Dari Rp 50.000.000
Donasi
Anak
Napasnya Terengah-engah, Hidup Nazzar Bergantung pada Tabung Oksigen
"Perih hati ini setiap kali melihat buah hatiku terengah-engah, bergantung pada tabung oksigen agar bisa bernapas lega. Tubuh kecilnya harus menelan obat tanpa henti, seakan tak diberi kesempatan untuk bebas dari rasa sakit.”“Namun, di tengah derita itu, aku kerap dilanda kebingungan, bagaimana bisa aku membawanya berobat ke rumah sakit, sementara untuk ongkos pun aku tak punya?” -Rani Octaviani, Orang tua Nazzar-Nazzar Maula Syahid, di usianya yang masih 3 tahun, tapi harus menanggung derita sakit TB Paru. Penyakit ini seolah menggerogoti tubuhnya perlahan, berat badannya turun drastis, napasnya sering tersengal, dengan demam tinggi yang membuatnya menggigil. Ia mulai menolak untuk makan, bahkan sekedar meneguk air putih pun kerap dimuntahkannya. Dokter menyatakan paru-paru Nazzar dipenuhi flek tebal, dan Ia harus menjalani pengobatan panjang tanpa henti selama berbulan-bulan.Sejak itu, Nazzar harus rutin nebulizer, menghirup uap untuk meringankan napas dan mengurangi penumpukan dahak pada paru-parunya. Ia juga jadi cenderung mudah lelah dan lemas. Kadang Ia juga demam, batuk dan muntah-muntah. Namun, di balik perjuangan itu, Nazzar dan keluarganya dihadapkan pada kenyataan pahit. Biaya pengobatan, tabung oksigen, hingga nebulizer sungguh tidak murah. Ibunya hanya pedagang warung sederhana yang menjual kopi hingga seblak. Sedangkan Ayahnya bekerja serabutan, membantu jual barang bekas.Belum lagi, orang tuanya harus membiayai transportasi ke rumah sakit, obat yang tidak dicover BPJS, susu untuk nutrisinya, dan kebutuhan lainnya. Orang tuanya tak memiliki barang berharga untuk dijual, mereka saja tinggal di rumah kontrakan yang isi 1 kamarnya 5 orang. Kendati di kelilingi oleh kesulitan, tetapi orang tuanya tidak ingin menyerah untuk melanjutkan perjuangan Nazzar untuk sembuh. “Tapi dengan keadaan saat ini, kami sebagai orang tua tida boleh putus asa, harus bangkit dan harus semangat, karena jika kita bersungguh-sungguh dan berobat secara rutin dan teratur, Insya allah penyakit ini bisa sembuh, dan anak saya bisa kembali sehat seperti sedia kala,” ungkap Rani Octaviani. #TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kita bisa jadi alasan Nazzar tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Nazzar!
Dana terkumpul
Rp 2.566.000
4 hari lagi
Dari Rp 22.672.000
Donasi