Panggilan Mendesak
Anak
Organ Hati Ahmad Rusak dan Perutnya Bengkak Nyaris Pecah Akibat Atresia Billier
“Anakku terancam kehilangan nyawanya sejak usianya baru 10 hari! Ia seolah direnggut dari pelukanku karena harus menginap di rumah sakit akibat atresia billier, penyakit yang hanya menyerang 1 dari 15.000 bayi.”“Kini, empedu dan hati anakku rusak, perutnya sampai bengkak dan nyaris pecah! Upaya pengobatan 8 bulan justru berujung komplikasi. Satu-satunya jalan Ahmad untuk sembuh hanya cangkok hati! Masalahnya, harus mencari biaya kemana?” -Wulan Puji, Orang tua Ahmad-Anakku, Ahmad Ubaidillah (10 bln), adalah jawaban dari doa dan penantianku dan suami. Ia lahir sehat, melengkapi kebahagiaan keluarga kecil kami. Tapi, nahas, takdir pahit datang begitu cepat, bahkan saat usianya baru 10 hari.Senyum riangnya sirna, berganti rintihan kesakitan dan tubuhnya yang tiba-tiab berwarna kuning. Hingga suatu malam, anakku BAB dan muntah darah! Dengan tangan gemetar, aku nekat membawanya menempuh 6 jam perjalanan ke rumah sakit di kota.Dokter mengatakan anakku mengalami kelainan pada saluran empedunya (atresia billier), dan usianya terancam hanya sampai 2 tahun jika tak operasi. Seketika tangisku pecah, apalagi aku tidak mampu untuk membawanya operasi ke Jakarta karena kendala biaya.Aku bukanlah dari kalangan keluarga berada, suamiku hanya buruh tani di perkebunan kelapa sawit. Penghasilan suamiku tergantung dari hasil panen yang tak menentu, pas-pasan, apalagi harus dibagi untuk menghidupi kami dan 3 anak.Di tengah keputusasaan, Allah menghadirkan pertolongan. Kepala desa bersama warga bergotong royong menggalang donasi hingga kami bisa membawa Ahmad dari Riau ke Jakarta untuk berobat. Anakku sedang menjalani pengobatan rutin, dari mulai minum obat dan vitamin hingga suntik anti pendarahan.Namun, kondisi anakku masih sering mual, muntah, perutnya masih bengkak dan tubuhnya masih kuning. Semenjak di Jakarta, aku dan suami meninggalkan semuanya, termasuk pekerjaan. Sementara, kian hari pengeluaran semakin membengkak dan biaya operasi cangkok hati juga fantastis.Anakku sangat membutuhkan biaya transportasi ke rumah sakit, tes laboratorium, screening pendonor, pembelian obat dan vitamin yang tidak dicover oleh BPJS, susu khusus, pampers,dan kebutuhan pasien lainnya.#TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kita bisa jadi alasan Ahmad tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Ahmad!
Dana terkumpul
Rp 41.727.001
2 hari lagi
Dari Rp 27.660.000
Donasi
Anak
Tubuhnya Membiru, Anak Pedagang Sempol Berjuang dari Sakit Jantung
“Dari hasil berjualan sempol ayam, aku berusaha sekuat tenaga mencukupi pengobatan anakku, meski seringkali masih jauh dari cukup. Aku juga rela mengambil kerja sampingan menjadi kuli atau mengerjakan pekerjaan serabutan apa saja. Semua lelah dan jerih payah ini hanya untuk satu harapan, anakku bisa sembuh dan hidup normal bebas rasa sakit.” -Rudi Joko, Orang tua Azmi-Muhammad Al Azmi Hanan Prasetyo (2 thn) tampak membiru sejak Ia lahir. Baru membuka mata ke dunia, Ia langsung dipisahkan dari ibunya dan dirawat di ruang NICU karena didiagnosa mengalami down syndrome dan sakit jantung. Betapa perih hati seorang ibu, baru melahirkan tapi belum bisa memeluk erat buah hatinya. Meski sudah mendapat obat dan vitamin, tubuh kecil Azmi justru semakin kurus hingga harus kembali berkali-kali opname. Akhirnya dokter mengizinkan Azmi untuk pulang ke rumah, tapi dengan syarat harus pakai tabung oksigen untuk membantunya bernapas. Saat itu, Azmi sering mengalami sesak napas dan tulangnya lentur. Setiap malam, napasnya yang berbunyi membuat orang tuanya waspada, takut jika sewaktu-waktu sesaknya kembali menyerang.Tapi syukurlah, kondisi Azmi semakin membaik seiring berjalannya. Ia sudah mulai bisa belajar berdiri dan merayap, bahkan Ia juga sudah tidak memakai tabung oksigen lagi. Namun perjuangannya belum selesai. Ia masih rentan demam, sering terkejut tiba-tiba, dan harus menjalani terapi rutin untuk tumbuh kembangnya.Di balik perjuangan Azmi, ada orang tua yang selalu berusaha keras merawat Azmi dengan hati-hati, tak membiarkannya terkena debu, asap rokok, maupun bulu hewan, agar sesak napasnya takkambuh. Azmi juga rutin menjalani kemoterapi untuk membantu tumbuh kembangnya. Namun, tak jarang orang tuanya terbatas biaya karena pengobatannya cukup panjang. Pernah, ornag tuanya bahkan tak mampu membeli susu hingga Azmi menangis karena lapar, sebelum akhirnya mendapatkan pinjaman uang agar bisa memberi minum untuk buah hatinya.Saat ini, Azmi membutuhkan ongkos transportasi ke rumah sakit, obat yang tidak dicover BPJS, membeli susu dan kebutuhan lainnya.#TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kita bisa jadi alasan Azmi tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Azmi!
Dana terkumpul
Rp 10.760.000
2 hari lagi
Dari Rp 10.360.000
Donasi
Anak
Tubuhnya Kaku! Heni Berjuang dari Perkembangannya yang Terhambat
“Saya sudah membawa anak saya ke empat tukang urut berbeda, akibat lehernya tak bisa tegak! Putus asa hampir menyeret saya, sampai akhirnya saya nekat, dengan tabungan yang menipis, saya beranikan membawanya ke rumah sakit. "“Ternyata anak saya didiagnosa motorik delay, yaitu keterlambatan dalam bergerak. Ya Tuhan, hancur sekali hati saya, Seandainya saya lebih cepat membawanya ke dokter, mungkin kondisinya bisa lebih baik. Namun, sebagai ibu tunggal dengan kemampuan terbatas, koini saya hanya harus berjuang lebih kerasa lagi demi kesembuhannya.” -Yurniawati, Orang tua Heni-Kejanggalan yang terjadi pada anak saya, Heni Amaira Ashavin (4 thn), dimulai saat usianya 4 bulan. Ia tak seperti anak-anak seusianya, lehernya belum bisa ditegakkan dan lemah sekali akibat perkembangan motoriknya yang terhambat.Saat itu dokter hanya memberikan Henni vitamin otak, karena usianya saat itu belum bisa menjalani terapi. Namun, saat usia anak Heni sudah 1 tahun dan aku kembali membawanya berobat, dokter justru mencurigai ada penyakit lain di tubuh anak Heni.Ternyata ada flek di paru-paru Heni! Dokter menyatakan hal ini menjadi salah satu faktor tumbuh kembangnya terhambat. Akhirnya Heni harus mengkonsumsi obat Tb Paru selama 6 bulan dan merekomendasikannya untuk fisioterapi. Namun, Heni justru berkali-kali terancam tak bisa melanjutkan fisioterapinya! Saya keterbatasan biaya, dan hanya sanggup beberapa bulan saja membawanya terapi. Tapi bukan berarti saya menyerah, saya terus berupaya untuk kesembuhannya.Saya mengambil pekerjaan sebagai apa saja, menjadi buruh setrika di toko laundry. Tapi penghasilannya hanya cukup untuk membeli pampers dan susu Heni. Itupun Heni tidak bisa ditinggal-tinggal, saya pun coba pekerjaan lain dengan menjualkan bubur hanya di pagi hari. Namun penghasilannya tak cukup bahkan untuk membeli susu.Aku akhirnya nekat meminjam uang untuk buka usaha laundry kecil-kecilan di rumah. Alhamdulillah, saya mulai membawa Heni terapi lagi. Perjuangan seolah tak sia-sia, anak saya menunjukkan perkembangan! Ia sudah bisa menegakkan kepala hingga belajar tengkurap.Saat ini Heni lebih banyak tiduran, kaki dan tangannya seperti bengkok dan kaku. Sayangnya, kondisi keuangan yang terbatas terus menghantui. Saya juga harus membayar cicilan pinjaman uang, sehingga kelanjutan pengobatan Heni kembali terancam. Heni membutuhkan ongkos untuk bolak-balik rumah sakit, vitamin yang tidak dicover BPJS, susu, dan kebutuhan lainnya. #TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kita bisa jadi alasan Heni tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Heni!
Dana terkumpul
Rp 1.363.001
3 hari lagi
Dari Rp 3.150.000
Donasi