Panggilan Mendesak

camp
Kesehatan

Menjerit Kesakitan Akibat 3 Kanker Ganas Sekaligus! Sumiati Harus Terus Pengobatan

“Istriku divonis 3 jenis kanker sekaligus di waktu bersamaan! Hati ini semakin teriris, setiap kali mendengar rintihan dan jeritan kesakitan yang harus ditanggungnya setiap saat. Anak-anak kami juga harus merasakan dampak psikologis dari kondisi ini.”“Namun, sebagai kepala keluarga, aku harus tegar. Aku percaya, doa dan semangatku merupakan hal yang membuat istriku bertahan dari penyakit ganas ini. Walaupun jalannya begitu berat, tapi aku tidak akan menyerah pada hal yang berharga bagiku…” -Toni, Suami Ibu Sumiati-‘Perut sebelah kananku nyeri sekali!’ Ucap istriku, Sumiati, sambil memegangi perutnya dengan wajah meringis. Itulah kalimat awal yang menjadi mimpi buruk bagi keluarga kami. Dokter sempat menduga istriku usus buntu, tapi kondisinya tak kunjung membaik meski sudah konsumsi obat.Setelah pemeriksaan lanjutan, hasilnya membuatku lemas, ada tumor di perut istriku. Perutnya kian membengkak seperti hamil 6 bulan akibat penyakit ini. Dokter segera melakukan operasi, tapi di situlah aku harus menerima kenyataan pahit yang menghantamku. Tumor di perut istriku sangat besar, ganas, dan sudah menyebar ke ususnya, sehingga istriku juga mengalami kanker ovarium. Selain itu, istriku juga mengalami kanker payudara dan kanker tiroid. Bagai bedai besar menghantam kepalaku rasanya ketika mendengar semua itu. Keluar dari ruang operasi, istriku tampak lemah dan pucat akibat pendarahan hebta hingga Ia harus menjalani cuci darah. Biaya pengobatan tidak ditanggung BPJS, membuatku hampir putus asa. Namun Syukurlah, aku dibantu biaya oleh saudara-saudara di gereja.Kini, setelah menjalani operasi besar, istriku harus kemoterapi rutin. Kondisinya sangat lemah, Ia lebih banyak terbaring tak berdaya di tempat tidur. Terkadang, istriku dilanda mual hebat, muntah, nyeri hebat di dada, hingga kehilangan nafsu makan.  Ia juga harus menggunakan kantong kolostomi, karena ususnya dipindahkan sementara keluar perut setelah tumornya diangkat. Tabung oksigen juga harus tersedia, karena kadang istriku tiba-tiba kesulitan bernapas. Aku mengorbankan segalanya demi istriku, aku harus berhenti bekerja karena harus fokus mendampingi dan merawat istriku. Aku juga harus hidup terbatas dan sangat sederhana agar bisa membeli obat dan keperluan medis untuk istriku. Meski kondisi ekonomi sangat tertekan, tapi aku tetap akan terus berusaha melanjutkan pengobatan agar perjuangan istriku tak sia-sia. Kalau ada waktu, aku tetap berusaha mencari nafkah dengan mengajar offline hingga mengantar orderan kue.Aku sudah menjual motor dan segala harta yang aku punya, tapi pengobatan istriku masih panjang. Saat ini Ia masih membutuhkan ongkos untuk ke rumah sakit, obat yang tidak dicover BPJS, dan kebutuhan lainnya.#TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kita bisa jadi alasan Sumiati tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Sumiati! 
Dana terkumpul Rp 6.084.002
3 hari lagi Dari Rp 75.720.000
Donasi
camp
Kesehatan

Berawal dari Kehilangan Anak, Istriku Sakit Hingga Muncul Benjolan di Leher

Bermula dari sebuah kehilangan, istriku, Vera Anggraini (32 thn), berujung didiagnosa hipertiroid dan asma bronkitis sinus akut. Sosok istriku yang ceria, tangguh dan penuh kasih sayang seketika lenyap berganti tangis, usai anak kami meninggal dunia akibat sakit jantung dan kerusakan paru-paru.Dunia kami terasa gelap! 3 tahun lebih aku dan istri berjuang demi kesembuhan anakku, hingga merantau ke Jakarta, tapi kenyataan tak sesuai harapan. Sejak ditinggalkan anak, kesehatan istriku mulai terganggu.Istriku mulai jadi pendiam dan pemurung, Ia hanya di kamar, tenggelam dalam kesedihan. Demi mentalnya, aku pun membawanya menempuh perjalanan 6 jam ke psikiater. Tapi di luar dugaan, suatu hari Ia tiba-tiba mengalami sesak napas hebat!Sejak itu, istriku jadi bolak-balik masuk rumah sakit. Cobaan tak berhenti sampai disitu, tiba-tiba istriku juga mengalami demam tinggi, sakit kepala bagian belakang, hingga muncul benjolan di lehernya. Aku panik luar biasa melihat gejala itu dan langsung membawa istri ke dokter.Dokter menyarankan istriku menjalani pemeriksaan lanjutan, untuk mengecek tiroid di lehernya ganas atau tidak. Namun, pengobatan lanjutan tersebut harus dilakukan jauh di rumah sakit kota. Aku terkendala biaya, apalagi masih ada tunggakan utang dari pengobatan mendiang anakku dulu.Aku hanya buruh angkut di pasar dengan penghasilan terbatas.Itu pun harus cukup untuk hidupku, istri, dan tiga anak kami. Aku sudah berupaya meminjam uang kepada keluarga, tapi sayangnya hasilnya nihil.Sementara itu, dokter mengatakan jika Vera tidak segera ditangani, benjolan di lehernya bisa semakin membesar hingga membahayakan jantungnya. Kini, setiap hari ia sering sesak napas, tubuhnya lemah, dan kecemasan selalu menghantui.Meski begitu, aku tak pernah berhenti berharap. Dengan segala keterbatasan, aku percaya akan selalu ada jalan. Saat ini Ia membutuhkan biaya transportasi pengobatan dari Riau ke Pekanbaru, obat yang tidak dicover BPJS, pemeriksaan laboratorium dan kebutuhan lainnya.#TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kita bisa jadi alasan Ibu Vera tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Ibu Vera! 
Dana terkumpul Rp 1.170.007
3 hari lagi Dari Rp 17.723.000
Donasi
camp
Kesehatan

Tukang Cuci Sampai Tak Bisa Berjalan Berjuang dari Pengapuran

“Penyakit ini merenggut hidupku perlahan! Kini aku tak lagi mampu mencuci dan menyetrika, pekerjaan yang dulu menjadi penopang hidupku. Kini, hilang sudah upah Rp70 ribu per hari yang selalu menjadi harapanku untuk bisa bertahan hidup selama ini…”Aku Sariyah (59 thn), baru saja diagnosa pengapuran pada tulang kakiku. Sakit ini sebenarnya sudah lama kurasakan, tapi selalu kutahan.  Namun, kian hari penyakit ini  semakin tak tertahankan, kakiku sakit luar biasa hingga kepalaku pun sering berdenyut hebat.Kini, kakiku sudah tak lagi sanggup menopang tubuhku dan aku harus berjalan dengan bantuan tongkat. Dokter telah memberikanku obat, tapi rasa nyeri di kakiku terus menghantui bahkan dengan sedikit gerakan saja. Hari-hariku penuh dengan rintihan. Aku terpaksa memakai pampers karena tak sanggup lagi bolak-balik ke kamar mandi.  Segala aktivitas terganggu, bahkan untuk beribadah dan mencari nafkah pun aku tak lagi mampu. Sementara aku butuh biaya untuk pengobatan.Suamiku sudah tidak lagi bekerja , hidupku kini bagaikan jalan buntu, hanya bisa mengandalkan keponakan. Itupun hanya sekedarnya saja, karena Ia hanya kerja serabutan. Keponakan merupakan harapanku satu-satunya, bahkan pernah saat subuh kakiku tiba-tiba sakit sekali dan Ia rela datang yang mengantarkanku ke rumah sakit. Namun, pengobatanku masih panjang dan aku tak mungkin terus-menerus mengandalkan keponakanku.Saat ini, aku membutuhkan biaya untuk transportasi ke rumah sakit, membeli pampers dewasa, membeli susu untuk tulang, dan kebutuhan lainnya. #TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kita bisa jadi alasan Ibu Sariyah tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Ibu Sariyah! 
Dana terkumpul Rp 1.064.000
5 hari lagi Dari Rp 3.620.000
Donasi

Pilihan Campaign