Panggilan Mendesak

camp
Kesehatan

Ayo Bantu Putuskan Mata Rantai Penularan TBC di Indonesia

Data Global TB Report WHO 2024 menunjukkan estimasi kasus TB di Indonesia meningkat dari 1.060.000 menjadi 1.090.000 kasus per tahun. Mirisnya,begitu berat upaya pasien TBC yang harus berjuang untuk sembuh total. Bayangkan, selain harus berobat tanpa putus selama 6 bulan, nestapa penderita TBC kian bertambah dengan beratnya efek samping Obat Anti TBC. Belum lagi stigma sosial atau dikucilkan masyarakat.Seperti derita Mawar (bukan nama sebenarnya). Selain Kehilangan pekerjaan perempuan berusia 47 tahun ini juga tidak bisa  mencukupi asupan makanan bergizi dan vitamin untuk mengurangi efek samping Obat Anti TBC. Bahkan, seringkali Mawar tak bisa mengambil obat karena tak punya ongkos. Penderitaan mawar semakin bertambah, dengan kondisinya saat ini, mawar harus menerima kenyataan keluarga terdekat (serumah) juga terkena penyakit TBC. Hal ini tidak lepas dari cepatnya penularan TBC bila tidak segera ditangani. Nasib serupa Mawar juga dialami ribuan bahkan ratusan ribu penderita TBC di seluruh Indonesia. Untuk itu PPTI bersama para kader terlatihnya meluncurkan Gerakan Pengobatan 1000 Pasien TBC. Gerakan ini bertujuan membantu memberantas TBC melalui penemuan terduga pasien, pendampingan pengobatan pasien sampai sembuh, edukasi dan pemenuhan asupan gizi pasien. #TemanBaik bisa  jadi pahlawan Gerakan Pemberantasan 1000 Penderita TBC  dengan berdonasi melalui tombol Donasi Sekarang di bawah ini. Uluran tangan Anda akan sangat berarti bagi mereka.Salam TOSS TBCTerima kasih #TemanBaik
Dana terkumpul Rp 727.000
5 hari lagi Dari Rp 381.230.000
Donasi
camp
Kesehatan

Bersama GSI Lab Bantu Tes Genetik Penyakit Langka di Seluruh Indonesia

Merujuk pada penelitian, 70% penyakit langka diakibatkan faktor genetik dan paling sering menyerang anak-anak. Sementara, 30%-nya meninggal sebelum mencapai 5 tahun.Hai, TemanBaik!Penyakit langka adalah penyakit-penyakit dengan pengukuran yang sangat jarang terjadi (kurang dari 1 per 2.000 kasus). Penyakit langka ini, juga yang memiliki tingkat kompleksitas tinggi. Sehingga, mempengaruhi kualitas hidup dan bahkan mengancam jiwa. Seringkali, penderitanya menghadapi rangkaian kesulitan - dari diagnosis awal sampai mendapatkan pengobatan yang tepat.Kebanyakan penyakit langka, belum ditemukan obatnya. Hanya 5% dari penyakit langka yang memiliki rangkaian pengobatan yang tepat. Itu pun, memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sementara, juga belum tersedianya laboratorium khusus untuk penyakit langka di Indonesia.Oleh sebab itu, GSI Lab sebagai salah satu perusahaan sosial, tergerak untuk membantu pemerintah dalam mendukung realisasi deteksi dini diagnosis penyakit langka dengan akurat. GSI Lab yang berkolaborasi dengan Indonesia Care for Rare Disease Community dan Indonesia Rare Disorders Community, membentuk sebuah program bertajuk Batik Pelangi (Bantu Tes Genetik Penyakit Langka Indonesia). Inisiasi ini adalah sebuah gerakan deteksi dini penyakit langka di Indonesia.GSI Lab bersama kolaboratornya, akan menyediakan tes genetik GRATIS berupa Whole Exome Sequencing (WES) untuk penderita penyakit langka. Mereka yang menderita penyakit langka, selama ini kesulitan mendapatkan akses dan penegakan diagnosis atas penyakit mereka.GSI Lab juga tengah bekerjasama dengan BenihBaik, untuk mengajak masyarakat bersama-sama mengulurkan bantuan dalam mendukung program Batik Pelangi. Donasi yang terkumpul nantinya, akan disalurkan kepada komunitas-komunitas penyakit langka di Indonesia dalam mendukung perawatan dan pengobatan terhadap penyakit langka.Untuk TemanBaik yang ingin membantu keberlangsungan program Batik Pelangi dalam mendeteksi penyakit langka di Indonesia, silahkan klik tombol Donasi Sekarang di bawah ya!
Dana terkumpul Rp 224.339.988
6 hari lagi Dari Rp 300.000.000
Donasi
camp
Kesehatan

Perjuangan Bu Suriyani Sembuh dari Tumor di Lengannya

Bu Suriyani, seorang ibu rumah tangga dari Aek Kanopan, Wonolali, harus menjalani hari-hari penuh rasa sakit sejak tumor ganas mulai merenggut kesehatannya.Awalnya, penyakit ini dimulai dengan munculnya benjolan kecil di bawah bahunya yang semakin membesar dan berkembang menjadi tumor.Dalam dua tahun terakhir, Bu Suriyani harus menahan sakit sambil terus berjuang demi keluarganya. Sebagai seorang penjahit, ia berusaha keras untuk menghidupi ketiga anaknya yang masih kecil. Namun, pendapatannya tidak cukup untuk menutupi biaya pengobatan dan kebutuhan sehari-hari."Selama sepuluh tahun saya bekerja sebagai penjahit, tetapi dalam dua tahun terakhir, tumor di lengan kiri saya membuat saya sulit bekerja. Meski sakit, saya harus tetap bekerja demi anak-anak saya agar mereka bisa hidup dan makan," tutur Bu Suriyani.Sejauh ini, Bu Suriyani telah melakukan pemeriksaan ke dokter dan menjalani terapi, namun biaya pengobatan yang tidak ditanggung oleh BPJS membuatnya kesulitan untuk mendapatkan perawatan yang optimal. Selain itu, keluarga juga berusaha memberikan pengobatan herbal sebagai alternatif.Keterbatasan ekonomi keluarga membuat Bu Suriyani belum mendapatkan penanganan medis yang memadai. Saat ini, kondisi Bu Suriyani semakin memburuk, dengan gejala lemas, demam, dan kesulitan menggerakkan tangan kirinya karena rasa ngilu.#TemanBaik, Bu Suriyani ingin segera diobati dan sembuh dari penyakit tumornya, ia ingin terus menjahit tanpa merasakan rasa sakit. Yuk, bantu Bu Suriyani  sembuh caranya klik Donasi Sekarang di bawah ini!
Dana terkumpul Rp 2.265.000
9 hari lagi Dari Rp 15.000.000
Donasi

Pilihan Campaign