Mak Iyum Bertahan Hidup dengan Pikul Barang Bekas di Bahunya

"Mak kumpulkan barang bekas itu seminggu kadang dapat upah Rp15 ribu. Alhamdulillah, Mak bisa beli nasi walaupun harus tanpa lauk, dari pada harus menahan lapar. Kadang kalau di tempat sampah nemu makanan yang masih bersih, suka Mak makan daripada lapar. Kotor sedikit mah bisa Mak bersihkan, hanya ini yang bisa Mak lakukan untuk bertahan hidup." ~Ujar Mak iyum sambil tersenyum-

Tidak ada yang lebih pilu selain melihat pemandangan Mak Iyum (60 thn) yang berjalan tertatih-tatih sambil memikul karung yang berukuran besar di bahunya. Entah berapa kilo barang bekas yang dikumpulkannya saat itu demi sesuap nasi, itupun tak sebanding dengan rasa lelahnya.

Sudah 5 tahun lamanya sejak suaminya wafat, Mak Iyum mulai mencari nafkah sebagai pemulung. Jarak 10 Kilometer harus ditempuhnya setiap hari dari pagi hingga jam 6 sore, mengumpulkan botol bekas dari tempat sampah yang menjadi harapannya untuk bisa makan hari itu.

"Dalam sehari kadang Mak dapat 1 karung, Mak kumpulkan dulu dirumah sampai ada 5 karung. Kalau sudah terkumpul 5 karung, Alhamdulillah bisa Mak jual, kadang suka dapat Rp15 ribu seminggu," ungkap Mak Iyum .

Kaki Mak Iyum sering kesakitan karena banyak berjalan, terlebih beberapa bulan belakangan, badannya sering sakit dan kepalanya pusing. Bahkan matanya sampai tak bisa melihat dengan jelas hingga beberapa kali terjatuh. Tak jarang Mak akhirnya tergeletak lemas tak berdaya di atas pendopo teras rumahnya karena kelelahan.

Jika tidak bisa bekerja, Mak Iyum terpaksa puasa karena tidak ada biaya makan. Tak terhitung berapa kali Mak Iyum menangis dalam doa-doanya yang berharap Mukjizat. Di usianya yang sudah renta, Mak Iyum ingin memiliki tempat usaha kecil-kecilan di rumahnya dan terbutuhi makannya sehari-hari.

#TemanBaik, mari bantu Mak Iyum agar bisa melanjutkan pengobatan dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini!