5 Sosok Pahlawan Lingkungan yang Tidak Diketahui Banyak Orang
16 June 2023

5 Sosok Pahlawan Lingkungan yang Tidak Diketahui Banyak Orang

Pahlawan lingkungan identik dengan gerakan perubahan dan kebaikan terhadap lingkungan. Peduli dengan dampak-dampak negatif yang dihasilkan oleh manusia, terhadap kondisi lingkungan di muka bumi. Mereka akan meluangkan segenap tenaga, waktu, dan pikiran untuk dapat melestarikan lingkungan dan keberlangsungan ekosistem di dalamnya.

Berikut 5 sosok pahlawan lingkungan yang terangkum dan mungkin tidak banyak diketahui oleh banyak orang:


1. Mbah Sadiman

Walaupun sudah lanjut usia, tapi tidak menjadi alasan bagi Mbah Sadiman untuk tetap berkontribusi positif terhadap keberlangsungan lingkungan. Umurnya sudah menginjak 65 tahun, namun ia tetap peduli dengan lingkungan.

Berbekal pengalaman pahit di tempat tinggalnya, Dusun Dali, Desa Geneng, Bulukerto, Wonogiri, Jawa Tengah, yang selalu merasakan kekeringan. Terutama, saat musim kemarau datang. Sulit sekali mendapatkan air bersih, sekalipun untuk dikonsumsi. Lalu, ia berinisiatif untuk melakukan gerakan penghijauan di desanya.

Ia melakukan penanaman rutin sejak tahun 1990, setelah mengantongi izin pada Perhutani. Tak hanya menanam, laki-laki paruh baya yang telah mendapatkan penghargaan Kick Andy Heroes Award tahun 2016 itu, juga merawat pohon-pohon yang ditanam sampai besar dan berfungsi.

Bisa dibayangkan, ia telah berhasil menanamkan pohon di 100 hektar bidang tanah. Maka dari itu, ia juga berkesempatan mendapatkan penghargaan Solo Award tahun 2015 dalam kategori Lingkungan Hidup.


2. Suswaningsih

Peduli hutan dan lingkungan menjadikan Suswaningsih, menerima penghargaan Kalpataru Pengabdi Lingkungan pada tahun 2021. Penghargaan itu didasari oleh perhatiannya kepada pelestarian lingkungan, khususnya di Gunung Kidul.

Di tangan Ibu Sus - panggilan sehari-hari Suswaningsih - lahan di kelurahan Karangwuni dan Melikan di Kapanewon Rongkop menjadi lahan hijau yang bermanfaat dan produktif. Lahan yang digarap seluas 5 hektar, diantaranya untuk jenis tanaman kayu-kayuan, tanaman pangan, dan untuk lahan pengembangan konservasi.

Terdapat tiga hal penting yang dilakukan, antara lain membangun lahan kritis, membangun ketahanan pangan, dan pemanfaatan sumber pangan lokal. Ia terus mengoptimalkan lahan non-produktif dapat dikembangkan menjadi tanaman pangan.

Ia juga tengah mendorong masyarakat untuk mengembangkan hasil-hasil tani menjadi bahan jadi pangan (olahan). Seperti, keripik pisang, jenjang, keripik nangka, dan sebagainya.


3. Darmawan Denassa

Sebuah gerakan literasi yang dipadukan dengan kepeduliannya dengan lingkungan dan humaniora, menjadikan Darmawan Denassa mendapatkan sederet pengakuan dan penghargaan. Ia terenyuh, karena melihat kondisi kampung halamannya, Borongtala, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan. Pohon-pohon lenyap ditebang, berubah menjadi kawasan komersial.

Berlatar belakang pendidikan Sastra Indonesia di Universitas Hasanuddin (1996), ia berinisiasi membangun rumah dan taman ekologi. Kemudian, inisiasi tersebut menjadi pendirian Rumah Hijau Denassa (RHD) di tahun 2007.  

Keberadaan RHD, tidak hanya semata-mata menyelamatkan tumbuh-tumbuhan lokal nan langka, melainkan juga menyiarkan cerita di balik tumbuhan tersebut. Awalnya, hanya rumah sederhana, tidak berisi apa-apa. Seiring berjalannya waktu, kini sudah dipenuhi oleh beberapa flora dan fauna endemik khas Sulawesi Selatan. 

Disamping itu, Denassa - sapaan bagi Darmawan Denassa - juga membuat Denassa Botanical Garden (Kebun Denassa). Kebun tersebut, hanya sebagai kawasan baru, dikarenakan jumlah tumbuhan di RHD sudah penuh dan padat, bahkan terlihat seperti hutan.


4. Swietenia Puspa Lestari

Ketika masih duduk di bangku kuliah jurusan Teknik Lingkungan Institut  Teknologi Bandung (ITB) tahun 2015, Swietenia Puspa Lestari banyak mendapatkan beberapa modul pelajaran tentang sistem pengolahan sampah. Sebab itu, ia lalu tertarik terhadap penyelamatan lingkungan.

Tenia - begitu Swietenia Puspa Lestari disapa - kemudian bergerak dengan mendirikan Divers Clean Action (DAC). DAC merupakan sebuah organisasi non-profit yang bergerak dalam bidang lingkungan - terkhusus sampah plastik di laut. Ia berujar, sangat menyesalkan dengan kondisi laut yang penuh dengan sampah. Menurutnya, hal itu akan merusak ekosistem di laut, termasuk ikan-ikan untuk konsumsi masyarakat pasti akan tercemar.

DAC berisikan anak-anak muda, yang peduli terhadap permasalahan sampah di laut, terutama pulau-pulau kecil di Indonesia. DAC juga berperan penting sebagai fasilitator dalam pengembangan masyarakat pesisir yang produktif, serta melakukan pelatihan terkait sampah.

Melalui perjalananya sebagai Funder dan Executive Director Yayasan Penyelam Lestari Indonesia, ia masuk ke dalam daftar “30 Under 30” Forbes Asia tahun 2020. Sudah hampir genap 7 tahun berlalu, yayasan yang awalnya hanya berupa komunitas, kini telah memiliki banyak cabang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.


5. Wasito

Wasito, namanya tersiar sebagai penyelamat pantai utara Kendal dengan menanam Mangrove. Sosok peduli hutan dan lingkungan, yang mengaku prihatin melihat kondisi desa tempat tinggalnya, Desa Kartika Jaya, Kec. Patebon, Kab. Kendal, Jawa Tengah, yang sering terjadi abrasi. Banyak pohon-pohon mangrove yang mati, karena ditebang oleh oknum.

Tahun 2015, Wasito mendapatkan Kendal Awards di bidang lingkungan hidup, karena kepeduliannya terhadap lingkungan. Selain itu, ia, yang juga seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) Dinas Tata Ruang dan Permukiman ini, juga pernah mendapatkan apresiasi penghargaan Kalpataru dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2020.

Berbagai penghargaan dan apresiasi, tak lepas dari pengabdiannya dalam misi penyelamatan Pantai Utara Jawa dari abrasi dan banjir rob. Sejak tahun 2006, ia mengupayakan konservasi pesisir melalui penanaman mangrove, bakau, dan cemara di Kab. Kendal.

Terhitung, beberapa wilayah yang sudah ia lakukan konservasi, antara lain Pantai Ngebum Kec. Kaliwungu, Kec. Brangsong, Pantai Kartika Jaya di Kec. Patebon, Pantai Muara Kencan di Kec. Cepiring, hingga Pantai Jungsemi Kec. Kangkung.


Baca juga: Leni Haini: Mantan Atlet Dayung Nasional yang Peduli Terhadap Lingkungan

Ikuti perkembangan terbaru melalui sosial media kami