Ibu Rela Jadi Kuli, demi Aku yang Menyandang Disabilitas

Aku terlahir sebagai disabilitas, dan ibuku harus menjadi kuli untuk menghidupiku. Aku ingin tetap berjuang bersama Ibu.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Inilah kalimat yang dapat menimpa siapa saja tidak terkecuali aku, Bene (17th). 

17 tahun hidup di dunia ini rasanya seperti hidup dalam kehampaan. Aku tidak seperti orang-orang lainnya yang memiliki kondisi sempurna dan bisa mendengar, sebab aku terlahir tanpa kedua kaki, bisu dan juga tuli. 

Jarang orang tua yang bisa menerima kondisi anak sepertiku. Masih ada di luar sana yang merasa malu dengan kondisi anaknya. Anak yang tidak normal, tidak seperti anak lainnya.

Tapi tidak dengan ibuku.  Aku bersama ibuku, tinggal di  Dusun 4 Fadoru Lauru, Nias, Sumatera Utara. Ia menerima kehadiranku dengan penuh cinta dan rela banting tulang menjadi kuli. Ya, demi aku dan saudara-saudara kandungku. 

Ibu terpaksa menjadi kuli, karena keluarga kami menjalani roda kehidupan ini dengan penuh keterbatasan.

Sebenarnya, Pemerintah Desa Fadoro Lauru sudah memperhatikan aku dan keluargaku melalui pemberian bantuan santunan yang tidak terikat. Namun, masih dengan rasa terima kasih, upaya tersebut belum bisa mencukupi kebutuhan kami sepenuhnya. 

Tidak banyak yang aku harapkan, karena ini takdir yang harus dijalani. Meskipun begitu, aku ingin tetap bisa membantu keluargaku. Maukah membantuku?

TemanBaik yang mau membantu, bisa menyalurkannya dengan cara klik tombol Donasi Sekarang di bawah ini ya!