Gangguan Pendengaran Berat, Alfaiz Harus Punya Alat Bantu Dengar

“Sebenarnya saya sempat depresi dan frustasi, tidak tau harus gimana lagi agar anak bisa dapat alat bantu dengar. Sudah cari pertolongan ke lembaga sosial, tapi tidak ada respon. Harusnya anak saya sudah bisa sekolah, tapi kendala alat bantu dengar ini membuat anak saya tidak bisa mengikuti sekolah dan terapi bicara. Saya sudah berupaya membantu suami  mencari tambahan dana dengan menjadi tukang pijat, tapi itu masih jauh dari kata cukup.” -Tia Kristianti, orang tua Alfaiz-

Alfaiz Zaidan Jaelani (4 thn) memang sering mengalami masalah kesehatan sejak kecil. Ketika usianya 2 tahun, Ia didiagnosa penyakit kulit psoriasis vulgaris. Akibatnya, ruam merah dan kulit menumpuk seperti ketombe akan muncul di seluruh badannya tiap imun tubuhnya menurun.

Bersamaan dengan penyakit kulitnya, Alfaiz tiba-tiba mengalami penurunan berat badan drastis. Orang tuanya yang curiga dan akhirnya kembali membawanya periksa. Tak disangka, ditemukan kelenjar di belakang telinganya dan Ia didiagnosa TB Paru.

Selain diintai berbagai macam penyakit, Alfaiz juga mengalami keterlambatan perkembangan sehingga belum bisa bicara seperti anak seusianya. Tapi kejanggalan lainnya kembali ditemui saat Alfaiz dibawa terapi bicara, Ia tidak merespon panggilan terapis dan bahkan tak menoleh saat terompet sengaja dibunyikan.

Pemeriksaan pun lagi-lagi dijalani Alfaiz, ternyata Ia mengalami gangguan pendengaran tipe sensorineural derajat sangat berat. Ia harus menggunakan alat bantu dengar di frekuensi 105, layaknya seperti suara petir dan hentakan pintu. 

Kini sudah 2 tahun Alfaiz menahan berbagai penyakitnya, ruam merah dan gatal luar biasa masih terus muncul di seluruh tubuhnya. Tak jarang badannya penuh berdarah dan serpihan kulit yang menumpuk seperti ketombe berjatuhan tiap kali Ia menggaruk tubuhnya yang gatal luar biasa. 

Alfaiz belum bisa melanjutkan terapi bicara karena hingga kini belum memiliki alat bantu dengar. Ayahnya hanya pegawai di restoran yang penghasilannya harus dibagi-bagi sebagian untuk pengobatan Alfaiz dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Orang tuanya berharap sang anak bisa terus melanjutkan pengobatan kulitnya dan memiliki alat bantu dengar.