Ajeng Butuh Terapi untuk Perkembangannya

“Harusnya di usia 3 bulan sudah ketahuan Ajeng terdiagnosa Cerebral Palsy (kelumpuhan otak), tapi saya telat. Ajeng baru saya bawa periksa usia 3 tahun karena kendala biaya, karena Ajeng ditinggalkan ayahnya saat usia 1 Minggu karena keadaanya,” ungkap Iis Rusdiana, orang tua Ajeng.

Dunia saya runtuh, ketika mendengar bola mata buah hati saya, Ajeng Pramesti Maulida (5 tahun), perkembangannya terganggu sejak lahir. Tindakan operasi pun tidak bisa dilakukan karena bola matanya sudah jadi daging. Anak saya tak bisa melihat bagaimana wajah ibu yang melahirkannya.

Ujian anak saya ternyata tak berhenti sampai di situ, di usia 3 tahun Ia didiagnosa lumpuh otak oleh dokter di RSUD Dr. Sosodoro Djatikoesoemo hingga perkembangannya terhambat. Ajeng juga mengalami gangguan pencernaan, yang membuatnya kesakitan hingga menangis karena kesulitan setiap BAB. 

Sedih rasanya, air mata tidak pernah hilang. Meski Ajeng belum bisa bicara, tapi setiap menit saya berusaha untuk mengajaknya bicara walau Ia tidak meresponnya. 

Saya tidak menyerah demi kesembuhan anak saya. Saya pun membawanya terapi 2 kali seminggu dalam 7 bulan untuk perkembangannya. Syukurlah, Ia sekarang bisa duduk walau cuma sebentar. 

Tapi Ajeng sempat berhenti terapi 2 tahun lamanya karena saya harus bekerja mencari nafkah. Saya bertekad agar Ia bisa berjalan seperti anak-anak lainnya.

Saat ini saya terkendala biaya transportasi dan obat-obatan yang tidak dicover BPJS. Ayah sambungnya merupakan buruh proyek yang penghasilannya seminggu Rp300 ribu. Sudah 1 bulan Ia tak terapi lagi karena kelelahan juga.

#TemanBaik, mari bantu Ajeng agar bisa terapi dan pengobatan lagi agar kelak bisa berjalan dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini!