Kategori Campaign
Panggilan Mendesak
Anak
6 Tahun Hidup dengan Gangguan Saraf di Otak dan Gizi Buruk
“Mungkin di mata sebagian orang, memiliki anak seperti ini dianggap hina. Tapi di mata Tuhan, lelah saya selama ini bisa jadi merupakan jalan menuju surga. Setiap air mata dan rasa lelah saya, bukti cinta saya pada anak.”“Tapi saya bingung! Bagaimana nasib masa depan anak saya nanti? Siapa yang mengurusnya jika saya tidak ada lagi?”Sudah 6 tahun lamanya, Khanza Almahyra tidak pernah merasakan kebahagiaan sedikitpun karena tidak bisa melakukan aktivitas apapun. Bahkan makan pun harus dengan nasi yang diblender karena Ia tidak bisa mengunyah. Tubuhnya rentan sakit, sampai kadang saya segan dengan petugas rumah sakit karena terlalu sering membawa anak berobat.Sejak lahir, Khanza memang sudah menghadapi cobaan bibir sumbingnya. Kemudian di usia 6 bulan, Ia membuat saya panik luar biasa ketika Ia tiba-tiba terdiam begitu lama, bahkan tidak berkedip saat sedang menyusui. Saya sudah berupaya memanggil dan menggerakkan tubuhnya, tapi Ia tetap tak bergerak.Dokter mendiagnosa Khanza didiagnosa epilepsi. Kondisinya semakin parah seiring berjalannya waktu, tubuhnya kejang berulang sampai mulutnya mengeluarkan lendir dan matanya melotot. Akhirnya dokter menyarankan Khanza untuk terus kontrol rutin.Syukurlah, berkat minum obat, Khanza sudah jarang kejang. Namun, tumbuh kembangnya terhambat sampai mengalami gizi buruk. Saya sebagai orang tua kesulitan biaya untuk memenuhi gizinya, apalagi berat badannya harus cukup untuk menjalani operasi lanjutan bibir sumbingnya.Suami saya hanya bekerja sebagai supir antar jemput sekolah yang penghasilannya terbatas, jadi saya berupaya ikut bekerja sebagai guru les di rumah. Bahkan ketika Khanza dirawat di rumah sakit, saya tetap pulang dulu untuk mengajar anak yang les. Tiada kata istirahat demi anak saya bisa berobat.Saya masih tetap kuat bagaimanapun keadaannya, karena harapan saya agar anak hidup lebih baik dan sembuh total tak pernah pupus. Saat ini saya masih mengumpulkan biaya agar anak bisa kontrol ke rumah sakit dekat rumah di Bekasi, susu untuk perbaikan gizinya, obat yang tidak dicover BPJS, vitamin dan kebutuhan lainnya.#TemanBaik, mari bantu Khanza untuk melanjutkan pengobatan dengan cara klik Donasi Seakrang di bawah ini!
Dana terkumpul
Rp 6.006.000
4 hari lagi
Dari Rp 50.000.000
Donasi
Kesehatan
Tak Hanya Kanker Payudara Stadium Akhir! Ibu Khomisah juga Alami Komplikasi
“Ibuku sangat menderita akibat kanker payudara stadium tiga! ak hanya kehilangan sebagian anggota tubuhnya, penyakit ini juga merenggut kesehatannya dengan komplikasi pada liver, diabetes, hipertensi, hingga osteoporosis.”“Setiap hari ia harus menahan sakit yang begitu perih, sementara nyawanya pun berada dalam ancaman. Hati ini hancur menyaksikan perjuangan seorang ibu yang seharusnya bisa menikmati masa tenang, justru harus melawan rasa sakit yang tiada henti.” -Yogi, Anak dari Ibu Khomisah-Awalnya hanya benjolan sebesar kelereng yang tiba-tiba muncul di payudara sebelah kanan Ibuku, Khomisah (60 thn). Namun, kami mengira itu bukanlah hal serius, sebab Ibuku tak merasakan sakit sama sekali dari benjolan tersebut. Namun siapa sangka, benjolan tersebut kian membesar hingga akhirnya Ibuku divonis tumor! Tindakan operasi pengangkatan benjolan tersebut langsung dilakukan. Aku kira semua selesai sampai disitu dan tinggal Ibu pulih saja. Tapi enak bulan kemudian, benjolan itu kembali muncul bahkan langsung sebesar telur! Operasi pengangkatan tumor kedua kali dilakukan, tapi tumor itu lagi-lagi kembali muncul tanpa henti. Akhirnya dokter mengambil keputusan pahit, yaitu amputasi total payudara kanan Ibuku demi menyelamatkan nyawanya.Rasa terpukul harus dirasakan Ibuku, Ia harus mengorbankan anggota tubuhnya demi nyawanya. Hidupnya tak lagi sama, rutinitasnya berganti dengan menjalani kemoterapi rutin untuk membersihkan kanker ganas pada tubuhnya.Saat ini kondisi Ibuku tangannya bengkak efek operasi. Ia tidak bisa melakukan aktivitas sederhana, bahkan mandi, buang ait, makan, semua harus dibantu. Bekas operasinya sering terasa nyeri, hingga ia tidak bisa tidur dan tubuhnya lemas.Ayahku sudah lama tiada, hanya aku yang menjadi satu-satunya harapan Ibuku untuk bersandar. Aku dihadapkan dilema, antara mengurusnya atau terus mencari nafkah. Pada akhirnya, dengan berat hati, aku rela berhenti dari pekerjaanku demi fokus merawat Ibuku.Namun, jadi tidak ada lagi sumber pemasukan keuangan keluarga. Aku terpaksa meminjam uang kesana-kemari hingga menjual motor, demi pengobatan Ibu dan kehidupan sehari-hari. Entah berapa banyak lagi biaya yang harus ditanggung, karena pengobatan ibuku masih panjang.Saat ini Ibuku membutuhkan biaya untuk transportasi ke rumah sakit di daerah tempat tinggal di Brebes, obat yang tidak dicover BPJS, susu, pampers dewasa dan kebutuhan lainnya.#TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kita bisa jadi alasan Ibu Khomisah tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Ibu Khomisah!
Dana terkumpul
Rp 2.759.003
4 hari lagi
Dari Rp 30.890.639
Donasi
Anak
Tubuhnya Membiru, Anak Pedagang Sempol Berjuang dari Sakit Jantung
“Dari hasil berjualan sempol ayam, aku berusaha sekuat tenaga mencukupi pengobatan anakku, meski seringkali masih jauh dari cukup. Aku juga rela mengambil kerja sampingan menjadi kuli atau mengerjakan pekerjaan serabutan apa saja. Semua lelah dan jerih payah ini hanya untuk satu harapan, anakku bisa sembuh dan hidup normal bebas rasa sakit.” -Rudi Joko, Orang tua Azmi-Muhammad Al Azmi Hanan Prasetyo (2 thn) tampak membiru sejak Ia lahir. Baru membuka mata ke dunia, Ia langsung dipisahkan dari ibunya dan dirawat di ruang NICU karena didiagnosa mengalami down syndrome dan sakit jantung. Betapa perih hati seorang ibu, baru melahirkan tapi belum bisa memeluk erat buah hatinya. Meski sudah mendapat obat dan vitamin, tubuh kecil Azmi justru semakin kurus hingga harus kembali berkali-kali opname. Akhirnya dokter mengizinkan Azmi untuk pulang ke rumah, tapi dengan syarat harus pakai tabung oksigen untuk membantunya bernapas. Saat itu, Azmi sering mengalami sesak napas dan tulangnya lentur. Setiap malam, napasnya yang berbunyi membuat orang tuanya waspada, takut jika sewaktu-waktu sesaknya kembali menyerang.Tapi syukurlah, kondisi Azmi semakin membaik seiring berjalannya. Ia sudah mulai bisa belajar berdiri dan merayap, bahkan Ia juga sudah tidak memakai tabung oksigen lagi. Namun perjuangannya belum selesai. Ia masih rentan demam, sering terkejut tiba-tiba, dan harus menjalani terapi rutin untuk tumbuh kembangnya.Di balik perjuangan Azmi, ada orang tua yang selalu berusaha keras merawat Azmi dengan hati-hati, tak membiarkannya terkena debu, asap rokok, maupun bulu hewan, agar sesak napasnya takkambuh. Azmi juga rutin menjalani kemoterapi untuk membantu tumbuh kembangnya. Namun, tak jarang orang tuanya terbatas biaya karena pengobatannya cukup panjang. Pernah, ornag tuanya bahkan tak mampu membeli susu hingga Azmi menangis karena lapar, sebelum akhirnya mendapatkan pinjaman uang agar bisa memberi minum untuk buah hatinya.Saat ini, Azmi membutuhkan ongkos transportasi ke rumah sakit, obat yang tidak dicover BPJS, membeli susu dan kebutuhan lainnya.#TemanBaik, tak ada donasi yang terlalu kecil jika dilakukan bersama-sama. Dengan Rp100.000 saja, kita bisa jadi alasan Azmi tetap punya harapan untuk sembuh. Yuk, klik Donasi Sekarang dan bersama kita wujudkan keajaiban bagi hidup Azmi!
Dana terkumpul
Rp 10.660.000
10 hari lagi
Dari Rp 10.360.000
Donasi